HukumKesehatan

Proyek Rp3,7 Miliar di Atas Tumpukan Sampah, Pekerja TPST Paku Abaikan Keselamatan Kerja

1202
×

Proyek Rp3,7 Miliar di Atas Tumpukan Sampah, Pekerja TPST Paku Abaikan Keselamatan Kerja

Sebarkan artikel ini

MafiaNews.id | Polman — Pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Desa Paku, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, kini menjadi sorotan tajam publik. Proyek bernilai Rp3,7 miliar itu ternyata didirikan di atas lahan bekas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang masih menyimpan tumpukan sampah plastik, kain, serta limbah lain yang belum terurai sepenuhnya. Rabu, 12 November 2025.

Pantauan MafiaNews.id di lokasi menunjukkan aktivitas pengecoran dan pembesian masih berlangsung di atas tanah bekas timbunan sampah. Beberapa galian pondasi terlihat bercampur dengan material plastik dan kain bekas yang masih utuh. Bahkan sebagian besar lapisan tanah di area proyek belum dibersihkan sepenuhnya dari limbah.

Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap kestabilan struktur bangunan di masa mendatang, mengingat material organik di dalam tanah berpotensi membusuk dan menyebabkan penurunan tanah (settlement).

Lebih ironis lagi, para pekerja terlihat tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja (K3). Banyak yang bekerja tanpa helm, sarung tangan, bahkan tanpa sepatu boot, padahal area sekitar proyek masih dipenuhi pecahan kaca dan limbah berbahaya (B3) yang bisa mencederai mereka.

Hal ini memunculkan pertanyaan serius terkait pengawasan dan tanggung jawab pelaksana proyek.

“Untuk pengamanan kerja itu menjadi tanggung jawab pihak pelaksana, yaitu CV Alauddin,” ujar Muh. Ilyas Gani, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) TPST Paku, saat dikonfirmasi.

Menanggapi pembangunan di atas lahan bekas TPA, Ilyas berdalih bahwa proses telah mengikuti perencanaan teknis dari konsultan proyek. Ia bahkan mengklaim bahwa keberadaan sampah plastik di bawah struktur bangunan tidak akan memengaruhi kekuatan konstruksi.

“Sampah plastik itu bisa bertahan hingga 400 tahun. Bahkan kekuatannya bisa lebih baik karena tidak lapuk di dalam tanah,” jelasnya.

Namun, pernyataan tersebut menimbulkan tanda tanya besar, karena fakta di lapangan menunjukkan kondisi tanah yang bercampur material organik dan tidak stabil, yang berisiko terhadap daya tahan bangunan dalam jangka panjang.

Selain persoalan teknis dan keselamatan, proyek ini juga disorot karena minimnya pelibatan tenaga kerja lokal. Beberapa warga Desa Paku mengaku belum mendapat kesempatan bekerja dalam tahap awal pembangunan. Menanggapi hal itu, Ilyas menyebut pelibatan masyarakat akan dilakukan pada tahap berikutnya.

Hingga berita ini diterbitkan, pembangunan TPST Paku masih terus berjalan. Namun fakta bahwa proyek miliaran rupiah ini dibangun di atas lahan yang belum steril dari sampah serta lemahnya penerapan K3 menjadi catatan keras terhadap integritas pelaksanaan proyek publik.

Proyek yang semestinya menjadi solusi pengelolaan sampah justru dikhawatirkan akan menjadi bom waktu baru — baik dari sisi teknis bangunan maupun keselamatan pekerja. **

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

google-site-verification=6DvSpdgWc4TDIGrv5S-QzFT0oIcizTcSM5HZpI5dRSI